Swesry, 17-09-2010 M

|
 .

Saat dirimu resah. Saat itu diriku gelisah..

Dan pagi memang benar-benar sudah terlambat untuk kembali berembun*
Saat rimbun dedaunan tak lagi beraroma melati. Saat semua sirna dari mimpi yang tak pasti
Sementara kicau tak lagi berbunyi. Sunyi. Karena kemungkinan besar  tak kan  ada lagi burung  yang bernyanyi
Membagi kisah di ujung pagi. Kisahnya akan dirimu yang kini sudah mulai pergi

Saat dirimu resah. Saat itu diriku gelisah..

Disini. Di lingkaran waktu yang kian menjepit. Untuk yang kesekian kalinya ingin kuungkap kisah
Kisah senja di ujung gelisah. Pendarnya mulai redup di bawah lanbaian daun korma
Gelap. Senja berganti petang. Ucapkan selamat tinggal pada setiap nafas yang mendesah
Kami yang telah bosan bercumbu dengan bayang-bayang. Akanmu yang begitu nyata.
Begitu sulit digapai asa.  Adalah hal absurd yang begitu memilukan
Benarkah kami termasuk orang yang ikhlas?. Mengingat masih ada rasa yang belum jua tuntas

Saat dirimu resah. Saat itu diriku gelisah..

Disana. Di lingkaran waktu yang lain. Figur baru t´lah terlahir kembali dari rahim bunda.
Mengentaskan gelisah tak berujung yang ia rasakan. Yang kan Menemaninya dalam sepi
Dan kau pun akhirnya tak lagi sendiri.  Membuat perih lain hati yang kemungkinan sedang menanti
Kisahmu. Kisahku. Memang telah lama usai. Namun tetap kan abadi
Walau dalam dimensi yang berbeda, kan berganti kisah yang lain di kemudian hari

Saat dirimu resah. Saat itu diriku gelisah..

Kesedihan saat ini akan berubah menjadi sesuatu yang berharga. Yang kelak kan dinamakan kenangan
Akan berubah menjadi harta yang sangat berharga bagimu. Baginya. Dan tentu saja bagiku.

“Ijinkanlah aku rindu pada hitam rambutmu
Dan biarkan kubernyayi demi hati yang risau ini“**

Tanpa Lilin,
Swesry, 17-09-2010 M

......................
*Putri Hujan
**Ebiet G. Ade

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...